TEMPO.CO, Jakarta - Hizbullah diduga berencana untuk menggunakan amonium nitrat yang memicu ledakan di Beirut pada Selasa kemarin untuk melawan Israel dalam Perang Lebanon Ketiga, menurut televisi Israel Channel 13 pada Jumat malam.
Laporan televisi Channel 13 tidak mengutip sumber atas klaim ini. Namun, laporan itu disiarkan beberapa jam setelah pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, memberikan pidato yang menyangkal kelompoknya telah menyimpan senjata atau bahan peledak di pelabuhan Beirut, menyusul ledakan yang telah merenggut 157 lebih nyawa dan melukai ribuan lainnya.
"Saya ingin secara mutlak, dengan tegas mengesampingkan apa pun yang menjadi milik kami di pelabuhan. Tidak ada senjata, tidak ada rudal, atau bom atau senapan atau bahkan peluru atau amonium nitrat," kata Nasrallah, dikutip dari Times of Israel, 8 Agustus 2020.
Israel sendiri tidak secara resmi menuduh bahwa Hizbullah terkait dengan ledakan di Lebanon pada Selasa.
Amonium nitrat digunakan dalam pembuatan bahan peledak dan juga merupakan bahan dalam pembuatan pupuk. Zat kimia itu telah disalahkan atas kecelakaan industri besar-besaran di masa lalu, dan juga merupakan bahan utama dalam bom yang menghancurkan gedung federal di Oklahoma City pada tahun 1995. Tahun lalu, laporan di Israel mengklaim bahwa Mossad telah memberi tahu badan-badan intelijen Eropa tentang Hizbullah menyimpan amonium nitrat untuk digunakan dalam bom di London, Siprus, dan tempat lain.
Lembaga think thank Atlantic Council mengatakan Hizbullah memiliki kontrol atas pelabuhan Beirut dan memiliki sejarah penimbunan dan penggunaan material berbahaya untuk operasi global, termasuk di London, Berlin, Thailand, Siprus, Bulgaria, dan tempat lain.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyaksikan kerusakan bangunan di lokasi ledakan di pelabuhan Beirut, Lebanon, Kamis, 6 Agustus 2020. Akibat ledakan yang dirasakan hingga belasan kilometer ini, sekitar 300.000 orang terpaksa mengungsi karena rumahnya rusak. Thibault Camus Pool via REUTERS
Laporan Channel 13 juga mencatat bahwa material yang meledak di pelabuhan bukanlah hal baru bagi Nasrallah dan Hizbullah.
Channel 13 merinci koneksi Hizbullah sebelumnya ke amonium nitrat, termasuk insiden di Jerman dan Inggris, keduanya dilaporkan secara luas pada saat itu, di mana agennya dilaporkan ditemukan dengan jumlah material yang substansial. Di London pada 2015, setelah mendapat informasi dari Mossad, intelijen Inggris menemukan empat operasi Hizbullah dengan 3 ton amonium nitrat yang disimpan dalam karung amonium nitrat, kata laporan Channel 13, mengutip laporan asing.
Operasi intelijen serupa juga melacak operasi Hizbullah di Jerman dan menemukan jumlah amonium nitrat yang cukup untuk meledakkan kota, kata laporan itu. Jerman kemudian melarang Hizbullah sebagai organisasi teroris.
"Itulah yang ingin dilakukan Nasrallah di Eropa," kata laporan TV itu.
Channel 13 menuduh Nasrallah bermaksud menggunakan amonium nitrat yang meledak di Beirut dalam Perang Lebanon Ketiga. Israel telah berperang dua kali dengan Lebanon, yakni pada 1982 dan 2006.
Sementara itu, mantan panglima militer Israel dan mantan menteri pertahanan Moshe Ya’alon mengatakan kepada situs berita Saudi bahwa ledakan di gudang senjata Hizbullah di pelabuhan mendahului ledakan amonium nitrat.
Ya'alon, dari partai Yesh Atid-Telem, dikutip oleh situs web Elaph Arabic, mengatakan Hizbullah telah mengetahui keberadaan material di sana dan memiliki kendali atas pelabuhan.
Dia mengatakan Israel telah memperingatkan Lebanon tentang penyimpanan senjata Hizbullah dan penimbunan bahan berbahaya di Beirut dan di tempat lain di negara itu.
Laporan Channel 13 juga mencatat bahwa Nasrallah, dalam pidatonya tahun 2016, mengancam Hizbullah akan menembakkan rudal ke tangki penyimpanan amonia Israel di kota pelabuhan utara Haifa untuk menciptakan efek bom atom.